Selamat datang di Komunitas Blog Hama dan Penyakit Tumbuhan

Senin, 10 September 2012

Penyakit Kresek pada Padi


PENGENDALIAN PENYAKIT ‘KRESEK’ PADA TANAMAN PADI
Oleh: Syahri
Penyakit kresek atau yang dalam istilah fitopatologi dikenal dengan penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight) merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi.  Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzae.  Penyakit umumnya banyak terdapat pada padi yang dipindah pada umur yang lebih muda. Selain ini juga terdapat lebih banyak pada tanaman yang dipotong ujungnya pada saat pemindahan. Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri (HDB) dapat mencapai 60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan 20% sebulan sebelum panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu, hasil padi turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Bahkan pada varietas yang rentan dan kondisi lingkungan yang mendukung kehilangan hasil padi dapat mencapai lebih dari 70% (Mev & Cruz, 2001).
Hasil survey sementara yang dilakukan Peneliti BB-Padi Sukamandi yang melibatkan peneliti dari BPTP Sumatera Selatan pada Februari 2012 menunjukkan bahwa penyakit HDB telah menyebar di beberapa lokasi di Sumatera Selatan. Padi yang terindikasi terinfeksi oleh patogen Xanthomonas campestris pv. oryzae ditemukan di 4 kabupaten yakni OKI (Kec. Lempuing dan Lempuing Jaya), OKU (Kec. Baturaja Timur dan Pengandonan), OKU Timur (Kec. Belitang Mulya, Belitang III, Belitang) dan Muara Enim (Kec. Tanjung Agung).

Gejala Penyakit
Gejala penyakit muncul 1-2 minggu setelah padi dipindah dari persemaian.  Daun tanaman yang sakit berwarna hijau kelabu, mengering, helaian daunnya melengkung, diikuti oleh melipatnya helaian daun itu sepanjang ibu tulang daunnya. Umumnya serangan terjadi pada daun-daun yang lebih tua. Gejala penyakit akan sangat tampak jelas ketika padi memasuki stadia pembungaan.  Gejala penyakit mudah dibedakan dari gejala serangan penggerek, karena pada serangan penggerek gejala lebih dulu timbul pada daun yang paling muda, sedangkan pada HDB justru pada daun-daun yang lebih tua (Semangun, 2004). Perkembangan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan total, adanya hujan lebat, banjir, air irigasi yang dalam, dan angin kencang serta diperparah oleh suhu yang tinggi (25-30oC). Selain itu, penyakit juga dipengaruhi oleh umur tanaman.  Pada umunya penyakit lebih banyak terdapat pada tanaman padi yang dipindah pada umur yang lebih muda.

Karakteristik Penyebab Penyakit
          Bakteri berbentuk batang berukuran 0,7-2,4 x 0,3-0,45 µm dan tidak menghasilkan spora. Bakteri mengadakan infeksi terutama melalui luka pada daun dan akar ketika pemindahan bibit. Bakteri tidak daat bertahan lama pada biji sehingga umumnya penyakit tidak terbawa oleh benih. Dalam pertanaman bakteri terutama disebarkan oleh hujan yang berangin.

Pengendalian yang dapat dilakukan di antaranya adalah:
·         Menanam varietas yang memiiki ketahanan seperti Sintanur, Inpari 1, Inpari 4, Inpara 1, Inpara 2.
·         Untuk varietas padi yang rentan, sebaiknya menggunakan bibit yang agak tua dan menanam 4-5 bibit per rumpun.
·         Bibit padi yang dipindah tidak dipotong ujungnya agar infeksi bakteri pada ujung daun tidak terjadi.
·         Pemupukan yang berimbang, dan sedapat mungkin mengurangi dosis N (pupuk urea) pada daerah yang endemik penyakit HDB.
·         Tidak mengairi persemaian terlalu dalam atau terapkan sistem pengairan berselang.
·         Jika penyakit belum terlalu menyebar sebaiknya tanaman yang sakit segera dimusnahkan agar tidak menjadi sumber infeksi.
·         Penyemprotan tanaman dengan bakterisida seperti yang mengandung fenazin-5-oksida, kasugamisin, klorobromoisosianuric A (CBIA) atau penyemprotan dengan streptomycin sulphat + tetraciklin kombinasi 300 g + copper occichlorid 1.250 g/ha efektif membasmi perkembangan HDB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar