Selamat datang di Komunitas Blog Hama dan Penyakit Tumbuhan

Kamis, 14 November 2013

Waspada Ancaman Busuk pada Buah

PENGENDALIAN LALAT BUAH
Syahri
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan
Jl. Kol. H. Barlian No. 83 Km. 6 Palembang

Lalat buah merupakan salah satu hama yang berpotensi menimbulkan kerugian pada usaha tani tanaman hortikultura. Lebih dari seratus jenis tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangan lalat buah (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2000). Di Indonesia, ada sekitar 66 jenis lalat buah yang bisa menyerang tanaman hortikultura.
Serangan lalat buah dapat menyebabkan buah menjadi rusak dan busuk karena perilaku lalat buah betina meletakkan telur pada buah, kemudian telur menetas menjadi larva dan memakan daging buah, selanjutnya buah akan gugur sebelum waktunya. Pada umumnya populasi yang tinggi menyebabkan intensitas serangan lalat buah juga tinggi (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2002).

Karakteristik Lalat Buah
    Serangga dewasa mirip lalat rumah, panjang sekitar 6-8 mm dan lebar 3 mm. Bagian dada (torak) berwarna oranye, merah kecoklatan, coklat atau hitam biasanya pada B. dorsalis terdapat 2 garis membujur dan sepasang sayap transparan. Pada perut (abdo­men) terdapat 2 pita melintang dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk huruf T yang kadang-kadang tidak jelas. Pada lalat betina ujung abdomen lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus kulit buah sedangkan lalat jantan abdomen lebih bulat.
    Telur berwarna putih berbentuk bulat panjang yang diletakkan secara berkelompok 2-15 butir di dalam buah. Larva (ulat) terdiri atas 3 instar berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya (kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3 ruas torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih susu atau putih keruh atau putih kekuningan, larva menetas di dalam buah.

    Pupa (kepompong), berada di permukaan tanah berwarna kecoklat-coklatan dan berbentuk oval dengan panjang sekitar 5 mm. Siklus hidup di daerah tropis sekitar 25 hari. Serangga betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/buah/hari dan dari satu ekor betina dapat menghasilkan telur 1.200–1.500 butir. Stadium telur 2 hari, larva 6-9 hari. Larva instar 3 dapat mencapai panjang sekitar 7 mm, akan membuat lubang keluar untuk meloncat dan melenting dari buah masuk ke dalam tanah dan menjadi pupa di dalam tanah. Pupa berumur 4-10 hari dan menjadi serangga dewasa. Selain di Indonesia hama ini tersebar di Asia, Pasifik, Afrika umumnya di daerah tropis dan subtropis.
 
Gejala Kerusakan Akibat Lalat Buah
    Buah yang terserang lalat buah ditandai oleh adanya lubang titik hitam pada bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa memasukkan telur. Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari langsung serta pada buah yang agak lunak dengan permukaan agak kasar. Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh bakteri sehingga buah menjadi busuk dan biasanya jatuh ke tanah sebelum larva berubah menjadi pupa.
Lalat buah hidup bersimbiosis mutualisme dengan suatu bakteri, sehingga apabila lalat meletakkan telur pada buah, maka akan selalu disertai bakteri dan mungkin disusul jamur yang pada akhirnya mengakibatkan huah busuk.
 
 
 
Tanaman Inang Lalat Buah
    Beberapa jenis tanaman yang bisa menjadi inang lalat buah di antaranya adalah buah-buahan seperti mangga, kopi, pisang, jambu, cengkeh, belimbing, sawo, jeruk, ketimun, dan nangka dan beberapa jenis tanaman sayuran seperti ketimun, paria, cabai, dan sebagainya.
  
Pemberantasan Lalat Buah
Beberapa cara untuk mengendalikan lalat buah pada tanaman di antaranya:
o    Membuang buah yang telah terserang, kegiatan ini dilakukan dengan sesegera mungkin membuang dan membakar buah yang telah terserang. Hal ini dimaksudkan agar perkembangan lalat terhenti diakibatkan kematian lalat pada periode ulat (larva).
o    Memasang perangkap lalat buah yang telah diberi zat penarik (atraktan) berbahan aktif metil eugenol, beberapa atraktan yang telah diproduksi seperti Petrogenol, Atlabu. Pemasangan perangkap dilakukan segera setelah tanaman berbuah, dengan tujuan agar imago lalat buah tidak dapat melakukan peletakan telur pada buah. Atraktan terlebih dahulu diteteskan pada kapas yang telah dimasukkan ke dalam perangkap yang terbuat dari botol plastik air mineral 600 ml (sepertiga bagian kepala botol dipotong, kemudian potongan dimasukkan ke botol dengan mulut botol berada di bagian dalam dan tutup botolnya dibuka. Bagian depan dan belakang botol diikat dengan kawat agar mudah digantungkan di pohon. Pada bagian tengah botol diikatkan segumpal kapas yang ditetesi 2-4 ml metil eugenol, kemudian botol diisi dengan air seperempat bagian dan jangan sampai mengenai kapas). Selanjutnya, atraktan diletakkan di sekeliling lahan pertanaman dan upayakan dilakukan pengamatan dan pengambilan lalat buah yang terperangkap setiap minggu. Sebaiknya jangan meletakkan perangkap di tengah lahan pertanaman.




Beberapa tipe perangkap lalat buah
o    Melakukan pengasapan di sekitar kebun. Pengasapan merupakan salah satu langkah sederhana untuk menekan serangan lalat buah, terganggunya proses perpindahan lalat buah akan menyebabkan terhambatnya peletakan telur lalat buah.  Hal ini tentunya dapat memperkecil kerusakan yang mungkin ditimbulkan oleh serangan lalat buah.
o    Membungkus buah. Untuk melindungi buah sebelum proses masaknya buah dapat dilakukan dengan membungkus buah dengan menggunakan plastik atau bahan lainnya. Pembungkusan buah ini akan menghalangi imago lalat buah dalam meletakkan telurnya di buah.
o    Penanaman tanaman perangkap. Tanaman perangkap yang bisa digunakan untuk umpan lalat buah adalah tanaman selasih ungu. Tanaman selasih ungu ini akan menarik perhatian imago lalat buah, setelah lalat buah berkumpul pada tanaman tesebut barulah dilakukan penyemprotan dengan insektisida.
o    Penggunaan predator semut rangrang (Oecophylia smaragdina), menurut Rahmiyati (2006), pemanfaatan semut rangrang dapat menekan kerusakan akibat lalat buah sebesar 1-2%.
o    Gunakan insektisida kimia jika telah menggunakan pengendalian ternyata masih terjadi serangan lalat buah. Penggunaan insektisida piretroid sintetik yang kuat seperti deltametrin, betasiflutrin, lamdasihalotrin dan sipermetrin dengan konsentrasi 1 ml/liter biasanya sudah mampu mengendalikan hama lalat buah ini. Lakukan penyemprotan saat pagi-pagi sekali dan semprot bagian bawah daun secara merata dan mengabut.

Daftar Pustaka
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2000. Penggunaan Perangkap dalam Pengendalian Lalat Buah. http://www. Pustaka_deptan.co.id. /agritech/dkijoiis.pdf.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2002. Pedoman Pengendalian Lalat Buah. Direktorat Perlindungan Hortikultura. Jakarta.
Rahmiyati.  2006.  Predator Semut Rangrang Oecophylia smaragdina (F)dalam Mengendalikan Hama Utama Tamanan Pare (Momordica charantia L) di Lahan Rawa Pasang Surut.  Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian.
Siwi, S.S. dan Purnama Hidayat.  2004.  Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting Bactrocera spp. (Diptera, Tephritidae) di Indonesia.  Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar