Selamat datang di Komunitas Blog Hama dan Penyakit Tumbuhan

Selasa, 25 Januari 2011

Pestisida Nabati Nimba

PEMANFAATAN NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK MENDUKUNG PERTANIAN DI SUMATERA SELATAN

Syahri
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan
Jl. Kol. H. Barlian No. 83 Km. 6 Palembang
Telp. (0711) 410155 Fax. (0711) 411845
Email: bptp-sumsel@litbang.deptan.go.id

Abstrak

            Sumatera Selatan dengan zona agroekosistem yang terdiri dari: lahan rawa pasang surut, rawa lebak, irigasi, lahan kering dan tadah hujan merupakan daerah yang potensial dalam upaya budidaya tanaman pangan. Sejalan dengan itu pula berbagai permasalahan muncul mulai dari adanya gangguan hama dan penyakit, kondisi lahan yang miskin hara serta adanya kesulitan untuk memperoleh benih yang berkualitas.  Tingginya penggunaan bahan kimiawi sintetik terutama pestisida merupakan salah satu penyebab meningkatnya serangan hama ataupun penyakit tanaman. Apalagi di tingkat internasional yang menghendaki residu pestida di bawah batas MRLs (Maximum Residue Limits) sehingga produk yang dihasilkan akan sulit untuk dipasarkan.  Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan bahan-bahan alami yang mudah didapat, efektif dalam melindungi tanaman dan aman terhadap lingkungan.  Salah satunya adalah ekstrak nimba (Azadirachta indica A. Juss) yang mampu berperan sebagai pestisida botani untuk mengendalikan hama tanaman. Tanaman nimba menghasilkan beberapa senyawa kimiawi seperti azadirachtin, meliantriol, salanin, nimbin, dan nimbidin yang dapat mengendalikan berbagai jenis hama dan mampu berperan sebagai bakterisida, fungisida, nematisida, virusida dan moluskisida.

Kata kunci: nimba, pestisida nabati, pemanfaatan.

KARAKTERISTIK TANAMAN NIMBA

    Tanaman nimba (Azadirachta indica) merupakan tanaman tahunan (perennial) dan selalu hijau sepanjang tahun.  Batang tanaman lurus dan berkayu keras, memiliki banyak cabang, dengan ketinggian pohon berkisar antara 7-20 m dan lingkar batang dapat mencapai 100 cm.  Batang berkulit tebal dan agak kasar.
    Tanaman nimba dewasa (> 20 tahun) dapat menghasilkan buah sebanyak 30-50 kg per pohon per tahun.  Buah nimba termasuk buah batu, berbentuk agak lonjong seperti buah langsat, tetapi berukuran kecil (1 cm).  Bila sudah matang, buah akan jatuh dengan sendirinya (Rukmana & Oesman, 2002). Pada waktu matang, buah yang asalnya berwarna hijau berubah menjadi kuning.  Bijinya ditutupi oleh kulit yang keras.
    Bagian nimba yang mengandung senyawa aktif bersifat sebagai pestisida, terutama pada biji dan daun. Kandungan biji lebih banyak dibandingkan daun, ada 20 senyawa aktif yang terkandung di dalamnya, seperti azadirachtin, meliantriol, salamin, nimbin, dan nimbidin (Biswas et al., 2002; Wheni et al., Shiva; 2007), secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
    Adapun cara kerja bahan aktif pada nimba menurut Kardiman (2006) ialah sebagai berikut:
a)    Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga.
b)    Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan (antifeedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati.
c)    Meliantriol yang berperan sebagai penolak (repellent) sehingga serangga hama tidak mau mendekati zat tersebut.
d)    Nimbin dan Nimbidin yang berperan sebagai antrimikroorganisme seperti anti virus, bakteri dan fungi sehingga bermanfaat untuk pengendalian penyakit tanaman.

PEMBUATAN DAN APLIKASI EKSTRAK NIMBA

1.  Pembuatan Ekstrak Nimba
Pestisida nabati nimba dapat dibuat dengan beberapa cara di antaranya dengan ekstraksi biji atau daun nimba, yaitu menggunakan pelarut seperti alkohol, ekstraksi sederhana dengan menggunakan air, ataupun pengepresan biji untuk menghasilkan minyak.  Proses ekstraksi sederhana daun nimba menggunakan air sebagai pelarut dilakukan dengan merendam ¼ kg daun nimba di dalam 1 liter air selama lebih kurang 24 jam.  Ekstrak dipisahkan dengan menyaring campuran tersebut.  Ekstrak yang diperoleh siap diaplikasikan pada tanaman.  Ekstrak yang diperoleh menggunakan pelarut air ini tidak dapat bertahan lama karena sangat mudah terurai sehingga harus segera diaplikasikan.
    Ekstraksi biji nimba dapat dilakukan dengan cara: biji nimba dikupas dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 60–70 oC selama + 4 jam.  Biji nimba yang sudah kering ditimbang 50 g lalu diblender. Kemudian ditambahkan 0,5 liter methanol dan diaduk dengan shaker selama 24 jam. Kemudian ekstrak disaring menggunakan kain kasa halus.  Hasilnya diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 45-50 oC selama + 1,5 jam.  Hasil ekstrak yang didapat sebanyak 12 ml. Ekstrak biji nimba diambil 10 ml dengan menggunakan gelas ukur, dan dilarutkan dengan 100 ml aquadest (Prijono, 1994).

2.  Aplikasi dan Efektifitas Ekstrak Nimba
Aplikasi ekstrak nimba dilakukan dengan cara penyemprotan pada tanaman.  Hama yang telah disemprot dengan ekstrak nimba akan mati beberapa waktu kemudian.  Kematian hama disebabkan karena adanya kandungan senyawa kimia yang bersifat racun seperti azadirachtin, nimbin, nimbidin.  Namun, senyawa yang sangat berpengaruh adalah azadirachtin.  Daya kerja azadirachtin terhadap serangga yakni mencegah hama untuk memakan tanaman (antifeeding), menghalau larva dan serangga dewasa (repellent), mengganggu atau menghambat perkembangan telur, larva, pupa dan serangga dewasa, mencegah terjadinya pergantian kulit larva atau nimfa, menurunkan produksi telur pada serangga betina, mengganggu kopulasi, mengganggu komunikasi seksual, mencegah serangga betina meletakkan telur.  Menurut Riama (2008), serangga yang mati mengalami perubahan warna serta biasanya menjadi abnormal.  Penggunaan pestisida nabati biji mimba yang mengandung azadirachtin terbukti dapat menekan serangan ulat grayak (Nathan dan Kalaivani, 2005 dalam Marwoto dan Suharsono, 2008).
Berdasarkan pengamatan penulis, aplikasi ekstrak biji nimba mampu mengendalikan hama gudang Callosobruchus chinensis pada kacang hijau.  Menurut Mordue dan Blackwell (1993), senyawa azadirachtin dalam nimba dapat mempengaruhi pertumbuhan pada larva serangga seperti mempengaruhi proses molting, penghambat pertumbuhan, malformasi, hingga pada kematian serangga.  Akibatnya serangan maupun populasi hamapun menjadi berkurang.  Tang et al (2002), melaporkan bahwa penyemprotan ekstrak nimba (11-180 ppm) pada tanaman jeruk di rumah kaca mampu mengurangi 20-80% populasi kutu Toxoptera citricida (Kirklady).  Menurut Wuryantini dan Endarto (2008), ekstrak biji nimba mampu menyebabkan mortalitas Diaphorina citri dengan nilai LC50 dan LC95 yakni 2,201 ml/l air dan 35,374 ml/l air serta berpengaruh nyata terhadap keperidian D. citri.  Hal ini disebabkan oleh adanya sifat dari bahan aktif nimba yaitu sebagai antifeedant dan insect growth regulator, sehingga selain menyebabkan kematian pada konsentrasi tinggi juga mampu mengganggu sistem reproduksi serangga.
Selain dapat mengendalikan hama, ekstrak nimba diketahui juga mampu mengendalikan berbagai jenis penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan, bakteri bahkan menekan serangan penyakit yang disebabkan virus.  Menurut Hassanein et al. (2008), ekstrak daun nimba pada berbagai konsentrasi (5%, 10%, 15% dan 20%) mampu menghambat perkembangan penyakit hawar daun Alternaria solani sebesar 17,88%, 23,66, 52,77 % dan 70,55% serta mampu menekan penyakit layu Fusarium oxysporum sebesar 14,77 %, 23,88%, 31,22 % dan 100% pada tanaman tomat.  Hal ini disebabkan karena ekstrak nimba diketahui menghasilkan senyawa penghambat produksi mycotoxin oleh cendawan patogenik, senyawa tersebut di antaranya Azadirachtin, 6-deacetyl-nimbin, azadiradione, nimbin, salanin dan  epoxyazadiradione (Mossini et al., 2009).  Selain itu, secara langsung ekstrak nimba juga mampu menghambat pertumbuhan cendawan patogenik (Gambar 1).  Nimba juga diketahui dapat menekan serangan penyakit yang disebabkan oleh virus.  Perlakuan ekstrak daun nimba 150 g/l yang diaplikasikan sebelum penularan Tobaco Mosaic Virus Ochid Strain secara mekanis ternyata mampu menghambat infeksi sebesar 37,5% (Rahardjo et al., 1999).

Menurut Setiawan (2003), apikasi 200 g daun nimba dalam satu liter air dapat menekan serangan jamur Alternaria porri pada tanaman sayuran.  Rosyida dan Damayanti (2007) menambahkan, ekstrak daun segar dan kering nimba mampu menghambat pertumbuhan koloni jamur Alternaria porri, hal ini disebabkan karena minyak margosa yang terkandung dalam daun nimba mengandung belerang yang mampu menghambat pertumbuhan jamur.

1 komentar: