PENGENDALIAN LALAT BUAH
Syahri
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan
Jl. Kol. H. Barlian No. 83 Km. 6 Palembang
Lalat buah merupakan salah satu hama yang berpotensi
menimbulkan kerugian pada usaha tani tanaman hortikultura. Lebih dari seratus
jenis tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangan lalat buah (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2000). Di Indonesia, ada sekitar 66
jenis lalat buah yang bisa menyerang tanaman hortikultura.
Serangan lalat buah dapat menyebabkan buah menjadi rusak
dan busuk karena perilaku lalat buah betina meletakkan telur pada buah,
kemudian telur menetas menjadi larva dan memakan daging buah, selanjutnya buah
akan gugur sebelum waktunya. Pada umumnya populasi yang tinggi menyebabkan intensitas
serangan lalat buah juga tinggi (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2002).
Karakteristik Lalat
Buah
Serangga dewasa mirip lalat rumah, panjang sekitar 6-8
mm dan lebar 3 mm. Bagian dada (torak) berwarna oranye, merah kecoklatan,
coklat atau hitam biasanya pada B. dorsalis terdapat 2 garis membujur
dan sepasang sayap transparan. Pada perut (abdomen) terdapat 2 pita melintang
dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk huruf T yang kadang-kadang tidak jelas. Pada lalat betina ujung
abdomen lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang
cukup kuat untuk menembus kulit buah sedangkan lalat jantan abdomen lebih
bulat.
Telur berwarna putih berbentuk
bulat panjang yang diletakkan secara berkelompok 2-15 butir di dalam buah.
Larva (ulat) terdiri atas 3 instar berbentuk bulat panjang dengan salah satu
ujungnya (kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait
mulut, mempunyai 3 ruas torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih susu atau putih
keruh atau putih kekuningan, larva menetas di dalam buah.
Pupa (kepompong), berada di
permukaan tanah berwarna kecoklat-coklatan dan berbentuk oval dengan panjang
sekitar 5 mm. Siklus hidup di daerah tropis sekitar 25 hari. Serangga betina
dapat meletakkan telur 1-40 butir/buah/hari dan dari satu ekor betina dapat
menghasilkan telur 1.200–1.500 butir. Stadium telur 2 hari, larva 6-9 hari.
Larva instar 3 dapat mencapai panjang sekitar 7 mm, akan membuat lubang keluar
untuk meloncat dan melenting dari buah masuk ke dalam tanah dan menjadi pupa di
dalam tanah. Pupa berumur 4-10 hari dan menjadi serangga dewasa. Selain di
Indonesia hama ini tersebar di Asia, Pasifik, Afrika umumnya di daerah tropis
dan subtropis. Gejala Kerusakan Akibat Lalat Buah
Lalat buah hidup bersimbiosis mutualisme
dengan suatu bakteri, sehingga apabila lalat meletakkan telur pada buah, maka
akan selalu disertai bakteri dan mungkin disusul jamur yang pada akhirnya
mengakibatkan huah busuk.
Tanaman Inang Lalat Buah
Beberapa jenis tanaman yang bisa
menjadi inang lalat buah di antaranya adalah buah-buahan seperti mangga, kopi,
pisang, jambu, cengkeh, belimbing, sawo, jeruk, ketimun, dan nangka dan
beberapa jenis tanaman sayuran seperti ketimun, paria, cabai, dan sebagainya.
Pemberantasan Lalat Buah
Beberapa cara untuk mengendalikan lalat buah pada tanaman
di antaranya:
o
Membuang buah yang telah terserang, kegiatan ini dilakukan dengan sesegera mungkin membuang
dan membakar buah yang telah terserang. Hal ini dimaksudkan agar perkembangan
lalat terhenti diakibatkan kematian lalat pada periode ulat (larva).
o
Memasang perangkap lalat buah yang telah diberi zat penarik (atraktan) berbahan aktif metil eugenol, beberapa atraktan yang
telah diproduksi seperti Petrogenol, Atlabu. Pemasangan perangkap dilakukan segera
setelah tanaman berbuah, dengan tujuan agar imago lalat buah tidak dapat
melakukan peletakan telur pada buah. Atraktan terlebih dahulu diteteskan pada
kapas yang telah dimasukkan ke dalam perangkap yang terbuat dari botol plastik
air mineral 600 ml (sepertiga
bagian kepala botol dipotong, kemudian potongan dimasukkan ke botol dengan
mulut botol berada di bagian dalam dan tutup botolnya dibuka. Bagian depan dan
belakang botol diikat dengan kawat agar mudah digantungkan di pohon. Pada
bagian tengah botol diikatkan segumpal kapas yang ditetesi 2-4 ml metil
eugenol, kemudian botol diisi dengan air seperempat bagian dan jangan sampai
mengenai kapas). Selanjutnya, atraktan
diletakkan di sekeliling lahan pertanaman dan upayakan dilakukan pengamatan dan
pengambilan lalat buah yang terperangkap setiap minggu. Sebaiknya jangan
meletakkan perangkap di tengah lahan pertanaman.
Beberapa
tipe perangkap lalat buah
o
Melakukan pengasapan di sekitar kebun. Pengasapan merupakan salah satu langkah sederhana untuk
menekan serangan lalat buah, terganggunya proses perpindahan lalat buah akan
menyebabkan terhambatnya peletakan telur lalat buah. Hal ini tentunya dapat memperkecil kerusakan
yang mungkin ditimbulkan oleh serangan lalat buah.
o
Membungkus buah. Untuk melindungi buah sebelum proses masaknya buah dapat dilakukan dengan
membungkus buah dengan menggunakan plastik atau bahan lainnya. Pembungkusan
buah ini akan menghalangi imago lalat buah dalam meletakkan telurnya di buah.
o
Penanaman tanaman perangkap. Tanaman perangkap yang bisa digunakan untuk umpan lalat
buah adalah tanaman selasih ungu. Tanaman selasih ungu ini akan menarik perhatian
imago lalat buah, setelah lalat buah berkumpul pada tanaman tesebut barulah
dilakukan penyemprotan dengan insektisida.
o
Penggunaan predator semut rangrang (Oecophylia smaragdina), menurut Rahmiyati (2006), pemanfaatan
semut rangrang dapat menekan kerusakan akibat lalat buah sebesar 1-2%.
o
Gunakan
insektisida kimia jika telah menggunakan
pengendalian ternyata masih terjadi serangan lalat buah. Penggunaan insektisida
piretroid sintetik yang kuat seperti deltametrin, betasiflutrin, lamdasihalotrin
dan sipermetrin dengan konsentrasi 1 ml/liter biasanya sudah mampu
mengendalikan hama lalat buah ini. Lakukan penyemprotan saat pagi-pagi sekali
dan semprot bagian bawah daun secara merata dan mengabut.
Daftar Pustaka
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2000.
Penggunaan Perangkap dalam Pengendalian Lalat Buah. http://www.
Pustaka_deptan.co.id. /agritech/dkijoiis.pdf.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2002. Pedoman
Pengendalian Lalat Buah. Direktorat Perlindungan Hortikultura. Jakarta.
Rahmiyati. 2006. Predator Semut Rangrang Oecophylia
smaragdina (F)dalam Mengendalikan Hama Utama Tamanan Pare (Momordica
charantia L) di Lahan Rawa Pasang Surut.
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian.
Siwi, S.S. dan Purnama Hidayat.
2004. Taksonomi dan Bioekologi
Lalat Buah Penting Bactrocera spp.
(Diptera, Tephritidae) di Indonesia.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian. Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar